Ketika mendengar istilah strict parents, mungkin yang terlintas pada pikiran Anda adalah salah satu pola asuh yang dikenal sangat ketat. Pola asuh ini diyakini mampu membentuk karakter anak menjadi lebih disiplin. Benarkah demikian? Kira-kira, adakah dampak buruk strict parents terhadap perilaku anak? Simak jawabannya pada artikel Medikacare berikut ini.
Secara umum, terdapat 4 jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya, yaitu pola asuh otoriter (authoritarian), otoritatif (authoritative), permisif, dan acuh tak acuh (uninvolved style). Strict parents sendiri merupakan pola asuh yang dilakukan dengan gaya otoriter.
Orang tua dengan pola asuh otoriter cenderung akan memberikan aturan - aturan ketat yang harus dipatuhi oleh anak dan menaruh ekspektasi yang tinggi kepada anaknya.
Ciri Strict Parents
Sikap keras dan penuh aturan pada strict parents umumnya berasal dari riwayat pola asuh yang dialami oleh orang tua saat mereka kecil. Hal ini memunculkan sebuah anggapan bahwa pola asuh tersebut adalah cara yang baik untuk dilakukan pada anaknya.Selain memberi banyak aturan ketat dan menaruh ekspektasi tinggi pada sang anak, ada beberapa ciri strict parents lainnya, yakni:
A. Anak diharuskan untuk mematuhi semua aturan yang ditetapkan orang tua
B. Tidak memberikan toleransi jika anak gagal atau melakukan kesalahan
C. Memberikan hukuman keras jika anak tidak mau mematuhi aturan atau tidak bisa memenuhi ekspektasi orang tua
D. Tidak membebaskan anak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya
E. Tidak memberikan apresiasi terhadap usaha anak
F. Tidak memiliki komunikasi secara terbuka dengan anak
Dampak Strict Parents Terhadap Anak
Penerapan pola asuh otoriter yang dilakukan oleh strict parents memang bisa membuat anak berambisi untuk mencapai tujuannya. Akan tetapi, manfaat yang diberikan oleh pola asuh ini cenderung lebih sedikit jika dibandingkan dengan dampak negatif yang diterima oleh anak.Berikut ini adalah beberapa dampak negatif strict parents terhadap anak:
1. Kesulitan dalam Membuat Keputusan
Anak yang dibesarkan oleh pola asuh orang tua yang keras akan kesulitan dalam membuat sebuah keputusan. Sebab, anak akan selalu mengikuti arahan atau pilihan yang telah ditentukan oleh orang tuanya, sehingga ia tidak bisa membuat keputusannya sendiri.2. Prestasi Akademis yang Buruk
Pola asuh otoriter juga bisa menyebabkan prestasi akademis anak menurun. Hal ini terjadi karena anak merasa dipaksa oleh orang tuanya untuk meraih prestasi akademis di sekolah, bukan atas keinginannya sendiri.3. Sulit Mengelola Amarah
Banyaknya tekanan dan tuntutan yang diberikan orang tua dengan pola asuh ketat dapat mengakibatkan anak tidak mampu mengelola amarahnya. Akibatnya, anak akan lebih bersikap agresif, misalnya berperilaku kasar pada orang lain dan mudah marah.4. Kesejahteraan Mental Terganggu
Orang tua dengan aturan yang kaku biasanya akan melakukan kontrol psikologis dan perilaku ketat yang dapat mengganggu kondisi mental anak. Selain depresi, pola asuh yang keras ini berkaitan dengan gangguan mental, seperti gangguan kecemasan, suka menyakiti diri sendiri, hingga obsessive-compulsive disorder (OCD) yang dapat dikembangkan anak di kemudian hari.Ketika mengasuh anak, tentunya orang tua ingin melakukan segala hal yang terbaik untuk buah hati tercinta. Namun secara tidak sadar, terkadang Anda bersikap terlalu keras dalam mendidik anak dan menjadi strict parents.
Jika merasa kesulitan dalam mengubah pola asuh otoriter, Anda bisa berkonsultasi dengan psikolog untuk mencari solusi dalam mengatasinya. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi anak, tetapi untuk diri Anda sendiri agar bisa menjadi orang tua yang lebih baik.